Khamis, 23 Julai 2009

Amal Itu Tergantung Niatnya


عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول

” إنما الأعمال بالنيات , وإنمالكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه “

- متفق عليه -


Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.


Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907


Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada kitab shahihnya, juga Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad.

Hadits ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.”


Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam.

Para ulama gemar memulai karangan-karangannya dengan mengutip hadits ini. Di antara mereka yang memulai dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam Bukhari. Abdurrahman bin Mahdi berkata : “bagi setiap penulis buku hendaknya memulai tulisannya dengan hadits ini, untuk mengingatkan para pembacanya agar meluruskan niatnya”.


Hadits ini dibanding hadits-hadits yang lain adalah hadits yang sangat terkenal, tetapi dilihat dari sumber sanadnya, hadits ini adalah hadits ahad, karena hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dari Umar hanya diriwayatkan oleh ‘Alqamah bin Abi Waqash, kemudian hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim At Taimi, dan selanjutnya hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id Al Anshari, kemudian barulah menjadi terkenal pada perawi selanjutnya. Lebih dari 200 orang rawi yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id dan kebanyakan mereka adalah para Imam.


Pertama : Kata “Innamaa” bermakna “hanya/pengecualian” , yaitu menetapkan sesuatu yang disebut dan mengingkari selain yang disebut itu. Kata “hanya” tersebut terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian secara mutlak dan terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian yang terbatas. Untuk membedakan antara dua pengertian ini dapat diketahui dari susunan kalimatnya.


Misalnya, kalimat pada
firman Allah : “Innamaa anta mundzirun” (Engkau (Muhammad) hanyalah seorang penyampai ancaman). (QS. Ar-Ra’d : 7)

Kalimat ini secara sepintas menyatakan bahwa tugas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hanyalah menyampaikan ancaman dari Allah, tidak mempunyai tugas-tugas lain. Padahal sebenarnya beliau mempunyai banyak sekali tugas, seperti menyampaikan kabar gembira dan lain sebagainya. Begitu juga kalimat pada firman Allah : “Innamal hayatud dunyaa la’ibun walahwun” “Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan dan permainan”. (QS. Muhammad : 36)


Kalimat ini (wallahu a’lam) menunjukkan pembatasan berkenaan dengan akibat atau dampaknya, apabila dikaitkan dengan hakikat kehidupan dunia, maka kehidupan dapat menjadi wahana berbuat kebaikan. Dengan demikian apabila disebutkan kata “hanya” dalam suatu kalimat, hendaklah diperhatikan betul pengertian yang dimaksudkan.


Pada Hadits ini, kalimat “Segala amal hanya menurut niatnya” yang dimaksud dengan amal disini adalah semua amal yang dibenarkan syari’at, sehingga setiap amal yang dibenarkan syari’at tanpa niat maka tidak berarti apa-apa menurut agama islam. Tentang sabda Rasulullah, “semua amal itu tergantung niatnya” ada perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. Sebagian memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan sempurna apabila ada niat.


Kedua : Kalimat “Dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya” oleh Khathabi dijelaskan bahwa kalimat ini menunjukkan pengertian yang berbeda dari sebelumnya. Yaitu menegaskan sah tidaknya amal bergantung pada niatnya. Juga Syaikh Muhyidin An-Nawawi menerangkan bahwa niat menjadi syarat sahnya amal. Sehingga seseorang yang meng-qadha sholat tanpa niat maka tidak sah Sholatnya, walahu a’lam


Ketiga : Kalimat Dan Barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya” menurut penetapan ahli bahasa Arab, bahwa kalimat syarat dan jawabnya, begitu pula mubtada’ (subyek) dan khabar (predikatnya) haruslah berbeda, sedangkan di kalimat ini sama. Karena itu kalimat syarat bermakna niat atau maksud baik secara bahasa atau syari’at, maksudnya barangsiapa berhijrah dengan niat karena Allah dan Rosul-Nya maka akan mendapat pahala dari hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya.


Hadits ini memang muncul karena adanya seorang lelaki yang ikut hijrah dari Makkah ke Madinah untuk mengawini perempuan bernama Ummu Qais. Dia berhijrah tidak untuk mendapatkan pahala hijrah karena itu ia dijuluki Muhajir Ummu Qais. Wallahu a’lam...


Ahad, 19 Julai 2009

Liku-Liku Perjalanan Dalam Kehidupan Yang Tak Pasti?

Semenjak dua menjak nie bermacam-macam yang berlaku yang mana sedikit sebanyak mengingatkan kembali detik-detik bersejarah,pahit manis dan kenangan abadi yang hampir serupa dengan perjalanan yang pernah dilalui.

Adakah ini akan menandakan satu detik atau ulangan yang akan aku lalui berdasarkan pengalaman yang telah lama aku lalui,sesuatu yang tak pernah aku fikirkan akan berlaku lagi tetapi ianya berulang.

Benar kata salah seorang Cikgu yang pernah mengajar aku dahulu,sejarah mungkin akan berulang..cuma masa,hari,keadaan serta orang yang berlainan...
Ianya benar-benar terjadi sekarang dan mudah-mudahan akau dapat melaluinya berdasarkan pengalaman yang telah aku lalui.

Sesuatu yang mungkin akan lebih mengajar kita erti sebenar kehidupan,mungkin sesetengah orang tidak akan dapat berfikir yang benda nie boleh terjadi tetapi hakikatnya saya telah laluinya.

Walau apa-apa pun,yang penting kita selalu beringat dan berdoa agar kesemua ujian ini dapat kita tempuhi dengan hati yang tenang.


Ahad, 12 Julai 2009

Bila Cahaya Kian Menjelma..

Ermmmmmmmm.....
tanggal 12 Julai 2009,dalam aku meniti perjalanan hidupku didalam arus gegelapan..mencari dan terus mencari arah tuju yang akan aku lalui untuk aku mencari jalan keluar dari kesengsaraan hidup yang kadang kala membuatkan aku menjdai tidak tentu arah akhirnya aku menemui satu cahaya yang dikirimkan untuk aku mencari arah tujuanku yang sebenar-benarnya.

Syukur,setelah sekian lama aku didalam kegelapan kini muncul seseorang didalam hati menjadi penyelamat..penyelamat yang bukan shaja mengembalikan aku daripada terus berkhayal tetapi untuk terus melangkah dan berusaha mencapai matlamat ke destinasi yang aku impi-impikan selama ini.
Mudah-mudahan Allah akan membantu memberikan aku petunjuk untuk aku terus meniti perjalanan ini..mudah-mudahan satu hari nanti aku akan terus dan terus menuju ke jalan serta menemui destinasi harapanku.

Isnin, 6 Julai 2009

Lelaki Sejati..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumah..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada di sebalik itu..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang memuja, tetapi komitmennya terhadap wanita yang dinikahinya..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari jumlah tanggungjawab yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia menghadapi liku-liku kehidupan..

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari rajinnya membaca kitab suci, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca..

Sabar itu iman..
Duit bukan kawan..
Dunia hanya pinjaman..
Mati tak berteman...

Manusia Hawa diciptakan dari rusuk Adam. Bukan dari kepalanya untuk dijunjung, bukan pula dari kakinya untuk dijadikan pengalasnya, tetapi dari sisinya untuk dijadikan teman hidupnya, dekat dengan lengan untuk dilindungi dan juga dekat dengan hatinya untuk Dicintai dan dikasihi serta disayangi.Renung-renungkanlah bersama,moga-moga ia memberi manfaat kepada kita hendaknya..